A. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah
dan secara kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan
dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998)
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh
orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan
kontrol (Depkes RI, 2000)
Waham adalah suatu keyakinan seseorang berdasarkan penilaian realitas yang salah,
keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespom stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat (keliat, 1999)
B. ETIOLOGI
·
Faktor predisposisi
ü Faktor Perkembangan
Hambatan
perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal seseorang.hal ini dapat
meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien
menekan perasaannya se.hingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif
ü
Faktor
Sosial Budaya
Seseorang
yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.
ü
Faktor
psikologis
Hubungan
yang tidak harmonis, peran ganda/ bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan
berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
ü
Faktor
Biologis
Waham
diyakini terjadi karena adanya predisposisi otak, pembesaran ventrikel diotak,
atau perubahan pada sel kortikal dan limbik.
ü Faktor Genetik
·
Faktor presipitasi
ü
Faktor
Sosial Budaya
Waham
yang dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau diasingkan
dari kelompok.
ü
Faktor Biokimia
Dopamin,
norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi penyebab waham
pada seseorang.
ü
Faktor
Psikologis
Kecemasan
yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenangkan.
·
faktor perilaku
Berdandan dengan baik dan berpakaian
rapi, tetapi mungkin terlihat eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap ciriga
atau bermusuhan terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan
pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data. Selain itu perasaan hatinya
konsisten dengan isi waham.
·
mekanisme koping
Tidak memiliki
kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik terhadap orang, tempat,
waktu. Daya ingat atau kognisi lainnya biasanya akurat. Pengendalian implus
pada klien waham perlu diperhatikan bila terlihat adanya rencan bunuh diri,
membunuh, atau melakukan kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir:
waham biasanya diawali dengan adanya riwayat penyakit berupa kerusakan pada
bagian korteks dan libik otak. Bisa dikarenakan terjatuh atau didapat ketika
lahir. Hal ini mendukung terjadinya perubahan emosional seseorang yang tidak
stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan perasaan rendah diri, kemudian
mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan. Waham kebesaran akan timbul
sebagai manifestasi ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Bila
respon lingkungan kurang mendukung terhadap perilakunya dimungkinkan akan
timbul risiko perilaku kekerasan pada orang lain.
C. RENTANG
RESPON
·
Pikiran
logis
·
Presepsi
akurat
·
Emosi
konsisten dengan pengalaman
·
Perilaku
sesuai
·
Hubungan
sosial harmonis
|
·
Kadang
proses pikir terganggu
·
Ilusi
·
Emosi
berlebihan
·
Berperilaku
yang tidak biasa
·
Menarik
diri
|
·
Gangguan
isi pikir halusinasi
·
Perubahan
proses emosi
·
Perilaku
tidak terorganisasi
·
Isolasi
sosial
|
Gambar
rentang respon perubahan proses pikir waham ( sumber: keliat(1999))
D. TANDA
& GEJALA
Tanda dan gejala pada klien dengan
perubahan proses pikir : waham adalah sbb.
·
Menolak
makan
·
Tidak
ada perhatian pada perawatan diri
·
Gerakan
tidak terkontrol
·
Mudah
tersinggung
·
Isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
·
Tidak
bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
·
Menghindar
dari orang lain
·
Mendominasi
pembicaraan
·
Berbicara
kasar
·
Menjalankan
kegiatan keagamaan secara berlebihan
Sebagai contoh tanda & gejala
macam-macam waham:
ü Waham Agama
Keyakinan
terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Kalau
saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari,” atau
klien mengatakan bahwa dirinya adalah Tuhan yang dapat mengendalikan
makhluknya.
ü Waham Kebesaran
Keyakinan
secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang
berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
Contoh:
“Saya
ini pejabat di Departemen Kesehatan lho...”
“Saya
punya tambang emas!”
ü Waham Curiga
Keyakinan
bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai
dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Saya
tahu...semua saudara saya ingin menghancurkan hidup karena saya karena mereka
semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya.”
ü Waham Somatik
Keyakinan
seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh:
Klien
selalu mengatakan bahwa dirinya sakit kanker, namun setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya sel kanker pada tubuhnya.
ü Waham Nihilistik
Keyakinan
seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh:
“Ini
kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.”
E. TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK
1.
Tindakan
keperawatan pada klien
·
Tujuan
a.
Klien
dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap.
b.
Klien
mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
c.
Klien
menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
·
Tindakan
a.
Bina
hubungan saling percaya
Sebelum
memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus membina hubungan
saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah sbb:
1.
Mengucapkan
salam terapeutik
2.
Berjabat
tangan
3.
Menjelaskan
tujuan interaksi
4.
Membuat
kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b.
Tidak
mendukung atau membantah waham klien.
c.
Yakinkan
klien berada dalam keadaan aman.
d.
Observasi
pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari.
e.
Diskusikan
kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi karena dapat menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
f.
Jika
klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan
atau menyangkal sampai klien berhenti membicarakannya.
g.
Berikan
pujian bila penampilan dari orientasi klien sesuai dengan realitas.
h.
Diskusikan
dengan klien kemampuan realitas yang dimiliknya pada saat yang lalu dan pada
saat ini.
i.
Anjurkan
klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
j.
Diskusikan
kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut, dan marah.
k.
Tingkatkan
aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien.
l.
Berbicara
dalam konteks realitas.
m.
Bila
klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya
n.
Berikan
pujian yang sesuai
o.
Jelaskan
pada klien tentang program pengobatannya (manfaat, dosis, jenis dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
p.
Diskusikan
akibat yang terjadi bila klien berhenti minum obat tanpa konsultasi.
2.
Tindakan
keperawatan untuk keluarga klien
·
Tujuan
a.
Keluarga
mampu mengidentifikasi waham klien.
b.
Keluarga
mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum dipenuhi oleh
wahamnya.
c.
Keluarga
mampu mempertahankan program pengobatan klien secara optimal.
·
Tindakan
Keperawatan
a.
Diskusikan
dengan keluarga tentang waham yang dialami klien.
b.
Diskusikan
dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah, follow up, dan
keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk klien.
c.
Diskusikan
dengan keluarga tentang obat klien (nama, obat, dosis, frekuensi, efek samping,
dan akibat penghentian obat).
d.
Diskusikan
dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan.
F. DATA
FOKUS
Masalah
keperawatan
|
Data
yang perlu dikaji
|
Perubahan proses pikir: waham
kebesaran
|
Subjektif:
·
Klien
mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.
·
Klien
mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus.
objektif
·
Klien
terus berbicara tentang kemampuan yang dimiliknya.
·
Pembicaraan
klien cenderung berulang-ulang.
·
Isi
pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
|
G. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Risiko
tinggi perilaku kekerasan
2.
Perubahan
proses pikir: waham
3.
Isolasi
sosial
4.
Harga
diri rendah kronis.
H. RENCANA
PERAWATAN
STRATEGI
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Ø
Masalah : perubahan proses pikir : waham
(Kebesaran)
Ø
Pertemuan : ke-1 (pertama)
A. Proses
Keperawatan
1.
Kondisi
Klien
mengatakan ia memiliki toserba, sibuk bisnis dan ingin mendirikan partai, klien
selalu mengulang-ulang kemampuan yang dimilikinya. Klien terlihat mondar-mandir
dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
2.
Diagnosa
keperawatan
Perubahan proses pikir: waham
3.
Tujuan
khusus/SP 1
·
Klien
dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sbb,
a.
Ekspresi
wajah bersahabat
b.
Menunjukkan
rasa senang
c.
Bersedia
berjabat tangan
d.
Bersedia
menyebutkan tangan
e.
Ada
kontak mata
f.
Klien
bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g.
Klien
bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
·
Klien
mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap
4.
Tindakan
Keperawatan
·
Bina
hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a.
Sapa
klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal
b.
Perkenalkan
diri dengan sopan
c.
Tanyakan
lengkap dan nama penggilan yang disukai klien
d.
Jelaskan
tujuan pertemuan
e.
Jujur
dan menepati janji
f.
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa
adanya
g.
Beri
perhatian pada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien
·
Identifikasi
masalah klien
·
Bicara
pada korteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
·
Latih
klien untuk memenuhi kebutuhannya
·
Masukan
dalam jadwal harian klien
B.
Strategi Komunikasi Dan Pelaksanaan
1.
Orientasi
·
Salam
terapeutik
“Assalamualaikum
pak ... bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya? Nama saya ...
bisa dipanggil ... saja. Bapak ingat? Seperti kemarin, hari ini saya bertugas
disini dari 07.00-12.00 siang nanti.”
·
Evaluasi/validasi
“Bagaimana
perasaan bapak hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak? Sekarang bapak ada
keluhan tidak? Bagaiman giginya? Sudah sembuh?”
·
Kontrak
“baiklah,
sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol ya pak? Bagaimana kalau hari
ini kita bercakap-cakap mengenai bidang yang bapak sukai? Dimana kita duduk?
Berapa lama? Bagaimana kalo sepuluh menit?”
2.
Kerja
“Bidang
apakah yang bapak sukai? Kemarin bapak sempat mengatakan memiliki toserba,
apakah bapak suka dengan bisnis? Mengapa bapak menyukainya? Bagaimana dengan
politik? Apakah bapak juga menyukainya? Karena beberapa hari yang lalu bapak
juga mengatakan kepada saya ingin membuat partai politik baru, benar pak? Mana
yang lebih bapak sukai bisnis atau politik? Mengapa bapak lebih menyukai itu?
Karena sekarang bapak berada disini apakah menurut bapak, bapak bisa
menjalankan bidang yang bapak minati tersebut? Bagaiman caranya? Apakah bisa
kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.”
3.
Terminasi
·
Terminasi
subjektif
“Bagaiman
perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap?”
·
Evaluasi
objektif
“jadi
bidang apa yang bapak sukai”
·
Rencana
tindak lanjut
“setelah
kita tahu bidang apa yang bapak sukai, bagaiman kalo besok kita ngobrol tentang
potensi atau kemampuan yang bapak miliki?”
·
Kontrak
yang akan datang
a.
Topik
: “bagaimana kalo besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan yang bapak
miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan di sini, bapak
setuju?”
b.
Waktu : “kira-kira kita besok bertemu jam berapa?
Bagaiman kalo jam 10 saja? Sampai ketemu besok ya.”
c.
Tempat
: “bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?”
Pengkajian klien dengan
perubahan proses pikir: waham dalam asuhan keperawatan
1.
Proses pikir
[ ] sirkumstansial
[ ] tangensial
[ ] flight of ideas
[ ] blocking
[ ] kehilangan asosiasi [ ] pengulangan bicara
2.
Isi
pikir
[
] obsesi
[ ] fobia
[
] depersonalisasi
[ ] ide terkait
[
] hipokondria
[ ] pikiran magis
[
] waham
[
] agama
[
] curiga
[
] somatik
[
] nihilistik
[
] kebesaran
[
] siar pikir
[
] sisip pikir
[
] kontrol pikir
Berikan tanda checklist pada kolom yang
sesuai data pasien!
Sumber : Keliat (1999)
Berikut
ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk
mengkaji klien dengan waham:
- Apakah klien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dengan menetap?
- Apakah klien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah klien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
- Apakah klien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh atau tidak nyata?
- Apakah klien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
- Apakah klien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
- Apakah klien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain atau kekuatan dari luar?
- Apakah klien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya atau yakinkan bahwa orang lain dapat membaca pikirannya.
LATIHAN
Latihan
1. Membina hubungan saling percaya dan mengidentifikasi waham klien
Orientasi:
“Assalamualikum
dik, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat dari puskesmas Darul Imarah, saya
akan merawat adik hari ini, nama adik siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa
kita berbincang-bincang tentang apa yang B rasakan sekarang?”
“Berapa
lama B mau kita berbincang-bincang?”
“Di
mana enaknya kita berbincang-bincang, B?”
Kerja:
“Saya
mengerti B merasa bahwa B adalah seorang nabi, tetapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus B?
“Sekarang
B ada dirempat yang aman, saya dan keluarga B akan selalu menemani B.”
“wah...
warna baju yang B kenakan hari ini cocok sekali dengan warna kulit B.”
“apa
saja harapan B selama ini, bisa B ceritakan kepada saya?”
“wah...
ternyata harapan B cukup banyak ya.”
“B
masih ingat siapa nama ibu B?”
“bagus
sekali B dapat menyebutkan nama ibu B dengan tepat.”
Terminasi:
“bagaiman
perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“bagaimana
kalo saya datang kembali kerumah B dua
hari yang akan datang?”
“jam
berapa sebaiknya saya datang kembali?”
“di
mana enaknya kita bercakap-cakap nanti?”
“bagaimana
kalo nanti kita bicrakan tentang hobinya B?”
“nah
selama dua hari tidak bertemu ini coba B ingat-ingat apa saja hobi atau
kegemaran B.”
Latihan 2. Memberikan tindakan
keperawatan kepada klien waham
Orientasi:
“Assalamualaikum
B, sesuai dengan janji saya 2 hari yang lalu sekarang saya datang lagi.”
“Apakag
B sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran B?”
“Bagaiman
kalo kita bicarakan tentang hobi B tersebut?”
“Berapa
lama B mau kita berbincang-bincang tentang hal tersebut?”
Kerja:
“Apa
saja hobi B?”
“Wah...rupanya
juga B pandai menari seudati ya, tidak semua orang bisa menari itulah B”
“Bisa
B ceritakan kepada saya kapan pertama kali B belajar menari seudati, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada B, di mana?”
“Bisa
B peragakan kepada saya bagaimana menari seudati itu?”
“Wah...bagus
sekali tarian seudati B.”
“bagaimana
kalau sekarang B teruskan kemampuan menari seudati tersebut...”
“Coba
kita buat jadwal untu kemampuan B ini ya, berapa kali sekali sehari/seminggu B
mau menari sedauti?”
“Apa
yang B harapkan dari kemampuan menari sedauti ini?”
“Ada
tidak hobi atau kemamapuan B sel;ain menari sedauti?”
Terminasi:
“Bagaimana
perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang
hobi dan kemampuan B?”
“Setelah
ini coba B mulai latihan menari sedauti sesuai dengan jadwal yang kita buat ya
dan coba B ingat-ingat apa saja obat yang B minum selama ini.”
“Dua
hari lagi saya akan kembali mengunjingi B ya?”
“nanti
kita akan membicarakan tentang obat yang harus B minum, setuju?”
Latihan 3. Mengerjakan dan melatih cara
minum obat yang benar
Orientasi:
“Assalamualaikum
B, sesuai dengan jamji saya dua hari yang lalu, sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana
B sudah ingat apa saja obat yang selama ini B minum?”
“Sesuai
dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang B minum?”
“Dimana
kita mau berbicara?”
“Berapa
lama B mau kita berbicara?”
Kerja:
“B
perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, dan tidurnya juga tenang.”
“obatnya
ada tiga macam B, yang warnanya orange namanya CPZ, yang putih ini namanya THP,
dan merah jambu ini namanya HLP, semuanya ini harus B minum 3 kali sehari,
setiap jam 7 pagi, 1 siang dan 7 malam.”
“Bila
nanti setelah minum obat mulut B terasa kering, untuk mengatasinya B bisa
mengisap-isap batu.
“Bila
terasa mata berkunag-kunang, sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.”
“Sebelum
minum obat ini, B lihat dulu label dikotak obat. Apakah benar nama B tertulis
di sana, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harusa di minum. Baca
juga apakah nama obatnya sudah benar.”
“B,
obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus B minum
dalam waktu yang lama. Sebaiknya B tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”
Terminasi:
“Bagaimana
perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang B minum?”
“Setelah
ini coba B minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi.”
“dua
hari lagi saya akan kembali mengunjungi
B ya?”
“ Nanti saya akan bicara dengan ibu dan
bapak B.”
"Bagaimana pak/ibu, bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat B di rumah?"
"Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja"'.
"Bagaimana pak/ibu, bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat B di rumah?"
"Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang ini saja"'.
Latihan 4. Perawatan klien waham oleh
keluarga
Orientasi:
“Assalamualaikum
pak/bu, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya datang lagi.”
“Bagaiman
pak/bu, apakah B sudah minum obat secara teratur?”
“Sesuai
dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalo kita membicarakan tentang
bagaimana cara merawat B dirumah?”
“Dimana
kita mau berbicara dan berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara?”
Kerja:
“Pak/bu
sebaiknya ibu dan bapak tidak perlu khawatir dalam menghadapi sikap B yang
selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi. Hal yang harus bapak & ibu
lakukan adalah setiap kali anak bapak & ibu berkata seperti itu, bapak
& ibu dapat menanggapinya dengan: bapak/ibu mengerti B merasa bahwa B
adalah seorang nabi, tetapi sulit untuk bapak/ibu mempercayainya karena setahu
bapak/ibu semua nabi itu sudah tidak ada lagi, bisa kita lanjutkan tentang
kemampuan-kemampuan yang pernah B miliki oleh?”
“Bagaiman
kalo dicoba lagi sekarang?” (jika anak bersedia mencoba keluarga dapat memberi
pujian.
“Lalu
bapak&ibu juga harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik ya.”
“Hal-hal
ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B.”
“Pak/Bu
B perlu obat ini agar pikirannya lebih tenang sehingga, dapat tidur dengan
nyenyak.”
“Obat
ini harus diminum secara teratur setiap hari dan jangan dihentikan sebelum
berkonsultasi sebelum berkonsultasi dengan dokter karena akan menyebabkan B
kambuh kembali.”
terminasi:
“Bagaimana
perasaan bapak&ibu setelah kita bercakap-cakap tentang keadaan B di rumah?”
“Setelah
ini coba bapak&ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi dan tolong
bantu B dalam minum obat sesuai yang saya ajarkan tadi.”
“Hal-hal
yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
ibu &bapak misalnya, mengaku sebagai nabi terus-menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat/memperlihatkan perilaku yang
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi saya di
puskesmas... atau hubungi nomor ini.
0 komentar:
Posting Komentar