I.
KONSEP DASAR MEDIS
A. PENGERTIAN
Penyakit Addison juga dikenal sebagai
kekurangan adrenal kronik, atau hipokortisolism ( hypocortisolism )) adalah
masalah endokrine . Diperkirakan sekitar
1 hingga 5 setiap 100,000 orang. Ia berlaku apabila kelenjar adrenal, terletak
di atas buah pinggang, gagal menghasilkan hormon kortisol mencukupi dan kadang
kala , hormon aldosterone.
Addison
Disease (AD) terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan hormon korteks adrenal. Penyebab terbanyak (75%) atrofi
otoimun dan idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau
infeksi kelenjar adrenal, TB kelenjar adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat.
Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortika akan menekan respon normal
tubuh terhadap stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal. Terapi
kortikosteroid selama dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks
adrenal.
B. ANATOMI
FISIOLOGI
Terdapat dua
buah kelenjar adrenal pada manusia dan masing-masing kelenjar tersebut melekat
pada bagian atas ginjal . setiap kelenjar adrenal dalam kenyataannya merupakan
dua buah kelenjar endokrin dengan fungsi yang berbeda dan tidak tergantung satu
sama lain. Medula adrenal pada bagian tengah kelenjar tersebut menyekresikan ketokelamin, sedangkan bagian
luar kelenjar yang merupakan korteks adrenal meyekresikan kortikosteroid.
Medula adrenal berfungsi
sebagai bagian dari sistem saraf otonom. Stimulasi serabut saraf simpatik praganglion yang berjalan
langsung kedalam sel-sel pada medula adrenal akan meyebabkan pelepasan hormon
katekolamin yaitu, epineprin dan noripineprin. Kurang lebih 90% dari hasil
sekresi medula adrenal manusia berupa epineprin (yang juga disebut adrenalin).
Ketokelamin mengatur lintasan metabolik untuk meningkatkan katabolisme bahan
bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen
terpenuhi.
Efek utama
pelepasan epineprin terlihat ketika seseorang dalam persiapan memenuhu suatu
tantangan (respons fight-or-fight). Pada situasi darurat sekresi epineprin yang
akan aliran darah ke dalam jaringan jaringan yang tidak diperlukan, seperti
traktus gastrointestinal, dan meningkatkan aliran darah kedalam jaringan yang
digunakan untuk respons fight-or-fight yang efektif, seperti otot jantung
secara skeletal. Ketokelamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak bebas,
meningkatkan kecepatan metabolik basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.
Korteks adrenal
terdapat tiga kelompok hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal
yaitu glukokortikoid dengan prototipe hidrokortison, mineralokortikoid
khususnya aldosteron dan hormon-hormon seks khususnya androgen.
C. ETIOLOGI
Pada 30% penderita, kelenjar adrenal
mengalami kerusakan akibat kanker, amiloidosis, infeksi (misalnya tuberkulosis)
dan penyakit lainnya. Pada 70% penderita lainnya, penyebabnya tidak diketahui
tetapi para ahli menduga bahwa kelenjar adrenal mengalami kerusakan akibat
reaksi autoimun.
Penekanan kelenjar adrenal juga terjadi
pada orang-orang yang mengkonsumsi kortikosteroid (misalnya prednison).
Biasanya dosis kortikosteroid diturunkan secara bertahap sebelum pemakaiannya
dihentikan. Jika pemakaian kortikosteroid dihentikan secara tiba-tiba maka
kelenjar adrenal tidak mampu membentuk kortikosteroid dalam jumlah yang memadai
selama beberapa minggu atau beberapa bulan (tergantung kepada dosis dan lamanya
pemakai kortikosteroid).
Obat lainnya yang juga bisa menekan
pembentukan kortikosteroid adalah ketokonazol (digunakan untuk mengobati
infeksi jamur). Jika terjadi kekurangan kortikosteroid, maka tubuh akan
membuang sejumlah besar natrium dan menimbun kalium, sehingga kadar natrium
darah menjadi rendah dan kadar kalium darah menjadi tinggi. Ginjal tidak mampu
mengkonsentrasikan air kemih; karena itu jika penderita minum terlalu banyak
air atau kehilangan terlalu banyak natrium, maka kadar natirum darah menjadi
rendah.
Ketidakmampuan ginjal untuk
mengkonsentrasikan air kemih pada akhirnya menyebabkan penderita banyak
berkemih dan mengalami dehidrasi. Dehidrasi
berat dan kadar natrium yang rendah akan mengurangi volume darah dan bisa
menyebabkan syok.
Kekurangan
kortikosteroid juga menyebabkan kepekaan yang luar biasa terhadap insulin
(hormon yang secara normal terdapat di dalam darah), sehingga kadar gula darah
bisa turun. Kekurangan kortikosteroid
menghalangi tubuh untuk membuat karbohidrat dari protein, melawan infeksi atau
menyembuhkan luka. Otot menjadi lemah dan bahkan jantung bisa menjadi lemah
serta tidak mampu memompa darah sebagaimana mestinya.
Untuk
mengkompensasi kekurangan kortikosteroid, kelenjar hipofisa menghasilkan lebih
banyak kortikotropin (hormon yang dalam keadaan normall merangsang kelenjar
adrenal).
Karena
kortikotropin juga mempengaruhi pembentukan melanin, maka kulit dan lapisan
mulut penderita penyakit Addison seringkali menjadi lebih gelap. Pigmentasi
yang berlebihan ini biasanya terdapat dalam bentuk bercak-bercak.
Karena kelainan
dasarnya adalah kekurangan kortikotropin, maka jika penyebab insufisiensi
adrenal adalah insufisiensi hipofisa atau hipotalamus, tidak akan terjadi
pigmentasi yang berlebihan.
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit addison
atau insufiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal.
Atrofi autoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada
75% kasus penyakit addison ( Stern &
Tuck, 1994 ). Penyebab lainnya mencakup operasi peningkatan kelenjar adrenal
atau infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua
kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang
paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal.
Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan
tuberkulosis sebagai pentebab penyakit addison, namun penigkatan tuberkulosis
yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit
infeksi kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH ynag tidak adekuat dari kelenjar
hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi
korteks adrenal.
Gejala
insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap
keadaan sterss dan menganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan
pemberian kortikosteroid setiap hari selama 2 hingga 4 minggu dapat menekan
fungsi korteks adrenal, oleh sebab itu, kemungkinan penyakit addison harus
diantisipasi pada pasien yang mendapat pengobatan kortikosteroid.
E. MANIFESTASI
KLINIK
Ø Manifestasi klinis utama termasuk kelemahan otot,
anoreksia, gejala-gejala gastrointestinal, keletihan, menjadi kurus, pigmentasi
gelap dari kulit, hipotensi, glukosa darah rendah, natrium serum rendah, kalium
serum tinggi.
Ø Pada kasus yang berat, gangguan kalium dan natrium
mungkin akan ditandai dengan penipisan natrium dan air serta dehidrasi kronis,
berat.
Krisis Addisonian
Kedaruratan medis ini
berkembang sebagai kemajuan penyakit.
Ø Sianosis, demam dan tanda-tanda klasik syok; pucat,
gelisah, nadi cepat, pernapasan cepat dan tekanan darah rendah.
Ø Keluhan sakit kepala, mual, nyeri abdomen, diare,
tanda-tanda kekacauan mental dan gelisah.
Ø Sedikit keletihan, pemajanan terhadap dingin dan penyakit
infeksi akut menurunkan masukan garam dan dapat mengarah pada kolaps sirkulasi.
Ø Stres akibat
pembedahan atau dehidrasi akibat persiapan pemeriksaan diagnostik atau
pembedahan dapat mencetuskan krisis Addinosian atau hipotensif.
F.
KOMPLIKASI
Ø Dehidrasi
Ø gagal
jantung
Ø gagal
ginjal
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Ø Pemeriksaan
darah menunjukkan adanya kekurangan kortikosteroid (terutama kortisol), kadar
natrium yang rendah dan kadar kalium yang rendah.
Ø Penilaian
fungsi ginjal (misalnya pemeriksaan darah untuk nitrogen dan kreatinin),
biasanya menunjukkan bahwa ginjal tidak bekerja dengan baik.
Ø Rontgen dan CT scan perut bisa menunjukkan adanya
pengapuran pada kelenjar adrenal.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan cepat diarahkan untuk melawan syok.
Ø Apapun
penyebabnya, penyakit Addison bisa berakibat fatal dan harus diobati dengan
kortikosteroid.
Ø Biasanya
pengobatan bisa dimulai dengan pemberian prednison per-oral (ditelan). Jika
sakitnya sangat berat, pada awalnya diberikan kortisol intravena kemudian
dilanjutkan dengan tablet prednison.
Ø Sebagian
besar penderita juga harus mengkonsumsi 1-2 tablet fludrokortison/hari untuk
membantu mengembalikan ekskresi natrium dan kalium yang normal.
Ø Pada
akhirnya pemberian fludrokortison bisa dikurangi atau dihentikan, diganti
dengan prednison yang diberikan setiap hari sepanjang hidup penderita.
Ø Jika
tubuh mengalami stres (terutama karena penyakit), mungkin diperlukan dosis
prednison yang lebih tinggi.
Ø Pengobatan
harus terus dilakukan sepanjang hidup penderita, tetapi prognosisnya baik.
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
DATA DASAR PENGKAJIAN
PASIEN
Ø Aktivitas/istirahat
Gejala
:
Lelah,
nyeri/kelemahan pada otot(terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu
beraktivitas atau bekerja
Tanda
:
Peningkatan
denyut jantung/denyut nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan kekuatan atau
rentang gerak sendi, depresi, gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif/ide,
letargi.
Ø Sirkulasi
Tanda
:
Hipotensi termasuk hipotensi postural, takikardia,
distritmia, suara jantung melemah, nadi perifer melemah, pengisian kapiler
memanjang, ekstremitas dingin, sianosis, dan pucat, membran mukosa hitam ke
abu-abuan (peningkatan pigmentasi)
Ø Ntegritas
ego
Gejala
:
Adanya
riwayat faktor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik, pembedahan,
perubahan gaya hidup, ketidakmampuan mengatasi sterss
Tanda
:
Ansietas,
peka rangsanagan, depresi, emosi tidak stabil
Ø Eliminasi
Gejala
:
Depresi
sampai adanya konstipasi, krem abdomen, perubahan frekuensi dan karakteristik
urine
Tanda
:
Diuresis
yang di ikuti dengan oliguiria
Ø Makanan/cairan
Gejala
:
Anoreksia
berat (gejala utama), mual/muntah, kekurangan zaqt garam, BB menurun dengan
cepat
Tanda
:
Turgor
kulit jelek, membran mukosa kering
Ø Neurosensoris
Gejala
:
Pusing,
sinkope (pingsan sejenak), gemetar
Tanda
:
Disorientasi
(karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsang, cemas,
koma
Ø Nyeri/kenyamanan
Gejala
:
Nyeri
otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas (pada keadaan krisis)
Ø Pernapasan
Gejala
:
Dispnea
Tanda
:
Kecepatan
pernapasan meningkat, takipnea, suara napas, krakel, ronki (pada keadaan
infeksi)
Ø Keamanan
Gejala
:
Tidak
toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas
Tanda
:
Hiperpigmentasi
kulit yang menyeluruh atau berbintik-bintik, otot menjadi kurus, tidak mampu
berjalan
Ø Seksualitas
Gejala
:
Adanya
riwayat menopouse dini, amenorea, hilangnya tanda-tandsa seks sekunder,
hilangnya libido
Ø Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
:
Adanya
riwayat keluarga DM, TB, dan kanker, adanya riwayat tiroiditis, DM, TB, anemia
pernisiosa
Pertimbangan
rencana pemulangan :
DRG
menunjukkan rerata lama dirawat 4,3 hari, membutuhkan bantuan dalam hal obat,
aktivitas sehari-hari, mempertahankan kewajibannya.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Kekurangan
volume cairan berhubngan dengan kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual/ muntah
3. Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme, perubahan kimia
tubuh, ketidakseimbangan cairan elektrolit, dan glukosa
4. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya lairan
darah vena dan berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung
5. Resiko
tinggi terhadap perubahn proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar
natrium.
C.
INTERVENSI
1. Kekurangan
volume cairan berhubngan dengan kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal
Tujuan
: menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria pengeluaran
urine yang adekuat, TTV stabil, dan membran mukosa lembab
Intervensi
|
|
Rasional
|
1.
Pantau TTV, catat perubahan
tekanan darah pd perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
2.
Ukur dan timbang BB setiap hari
3.
Kaji pasien mengenai adanya rasa
haus, kelelahan, nadi jelek, membran mukosa kering dan catat warna kulit dan
temperatur
4.
Periksa adanya perubahan dalam
status mental dan sensori
5.
Auskultasi bising usus. Catat dan
laporkan adanya mual, muntah dan diare
6.
Bertkan perawatan mulut secara
teratur
7.
Anjurkan cairan oral diatas
3000ml/hari sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan klien-tanda kelelahan,
krekels, udema dan peningkatan frekuensi jantung
8.
Obsv adanya tanda-tanda kelelahan,
krekels, edema
9.
Kolaborasi : osmolalitas serum,
natrium,dan kalium
|
|
1.
Hipotensi postural merupakan
bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan penurunan curah
jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang
dengan mudah dapat menghilang
2.
Memberikan perkiraan kebutuhan
akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan
3.
Untuk mengidentasikan berlanjutnya
hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti
4.
Dehidresi berat menurunkan curah
jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak
5.
Kerusakan fungsi saluran cerna
dapat meningkatkan kehilamgan cairan dan elektrolit mempengaruhi cara untuk
pemberian cairan dan nutrisi
6.
Membantu menurunkan rasa tidak
nyaman akibatt dehidrasi dan mempertahankan kerusakan membran mukosa
7.
Adanya perbaikan pada saluran
cerna dan kembalinya fungsi saluran cerna tsb memungkinkan untuk memberikan
cairan dan elektrolit melalui oral
8.
Peningkatan cairan yang cepat dpt
menimbulkan GJK pd adanya regangan jantung
9.
Adanya peningkatan merupakn
indikasi adanya dehidrasi, hiponatremia indikasi kehilangan urine berlebih
sementara kalium tertahan dapat mengakibatkan hiperkalemia
|
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual/ muntah
Tujuan
: tidak ada mual dan muntah, menunjukkan BB stabil atau meningkat sesuai dengan
yang diharapkan nilai laboratorium normal.
Intervensi
|
|
Rasional
|
1.
Catat adanya kulit
yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang cepat, nyeri
kepala, sempoyongan
2.
Berikan lingkungan
yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau tidak sedap, tidak terlalu
ramai, udara yang tidak nyaman
3.
Berikan informasi
tentang menu pilihan
4.
Pertahankan status
puasa sesuai indikasi
5.
Lakukan pemeriksaan
terhadap kadar gula darah sesuai indikasi
6.
Berikan glukosa IV
dan obat-obatan sesuai indikasi
|
|
1.
Gejala hipoglikemia
dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian glukosa dan pemberian
tambahan glukokortikoid
2.
Dapat meningkatkan
napsu makan dan memperbaiki masukan makanan
3.
Perencanaan menu yang
disukai dapat menstimulasi napsi makan dan meningkatkan pemasukan makanan
4.
Mengistirahatkan
gastrointestinal, mengurangi rasa tidak enak dan kehilangan cairan dan
elektrolit b.d muntah
5.
Mengkaji kadar gula
darah dan kebutuhan terapi, jika menurun sebaiknya pemberian glukokortikoid
dikaji kembali
6.
Memperbaiki
hipoglikemia, memberi sumber energi untuk fungsi seluler
|
3. Kelelahan
berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme, perubahan kimia
tubuh, ketidakseimbangan cairan elektrolit, dan glukosa
Tujuan
: menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa,
menunjukkan peningkatan kemampuan dan
berpartisipasi dalam aktivitas
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat
dilakukan klien
2.
Pantau TTV sebelum dan sesudah
melakukan aktivitas. Obsv adanya takikardia, hipotensi perifer yang dingin
3.
Sarankan pasien untuk menentukan
masa/periode antara istirahat dan melaukan aktivitas
4.
Diskusikan cara menghemat tenaga
|
1.
Pasien biasanya telah mengalami
penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk setiap hari
2.
Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi
sebagai akibat sterss aktivitas jika curah jantung terus meningkat
3.
Mengurangi kelelahan dan mencegah
ketegangan pada jantung
Pasien akan dapat melakukan lebih
banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan
yang di lakukannya
|
4. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan menurunnya lairan
darah vena dan berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung
Tujuan : menunjukkan
curah jantung yang adekuat yang ditandai dengan tanda vitas dalam batas normal,
nadi perifer teraba dengan baik, pengisian kapiler cepat dan statua mental baik
Inter vensi
|
Rasional
|
1.
Pantau tanda vital : Fj, irama
jantung, dan catat adanya disratmia
2.
Lakukan pengukuran CVP
3.
Pantau suhu tubuh catat bila ada
yang mencolok dan tiba-tiba
4.
Teliti adanya perubahan mental dan
laporkan adanya perubahan nyeri pada abdomen, daerah punggung dan kaki
5.
Ukur jumlah haluaran urine
6.
Kolaborasi :
Berikan cairann, darah, larutan
Nacl, dan volume ekspander melalui IV sesuai kebutuhan
Berikan pengobatan sesuai indikasi,
vassopresor
Berikan O2
|
1.
Peningkatan Fj merupakan manifestasi
awal sebagai kompensasi hipovolemia dan kegagalan otot jantung
2.
CVP memberikan gambaran pengukuran
yang langsung terhadap volume cairan dan berkembangnya komplikasi
3.
Hiperpireksia yang tiba-tiba dapat
terjadi yang di ikuti oleh hipotermia sebagai akibat dari ketidakseimbangan hormonal,
cairan, dan elektrolit yang mempengaruhi FJ dan curah jantung
4.
Perubahan mental merup[akan cerminan
dari penurunan curah jantung/serebral/ dan perfusi perifer/ serangan
hipoglikemia
5.
Walaupun biasanya ada poliuria,
penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi ginjal oleh
penurunan curah jantung
6.
berfungsi
Dapat memperbaiki volume
sirkulasi
Peningkaran tahanan vaskuler perifer
dan arus balik vena akan meningkatkan curah jantung/TD
Kadar oksigen yang maksimal dapat
membantu menurunkan kerja jantung.
|
5. Resiko
tinggi terhadap perubahn proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar
natrium.
Tujuan : mempertahankan
tingkat kesadaran mental dan tidak mengalami cidera
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau tanda vital dan status
neurologis
2.
Panggil pasien dengan namanya.
Orientasikan pada tempat, orang dan wajtu sesuai kebutuhan
3.
Tetapkan dan pertahankan perawatan
rutin dan waktu istirahat secara teratur
4.
Sarankan pasien untuk melakukan
perawatan diri sendiri sesuai kemampuan dengan waktu yang cukup dan
menjalankan seluruh tugasnnya
5.
Lindungi pasien dari cidera
6.
Kolaborasi : pantau hasil lab mis,
glukosa darah, osmolaritas seru, Hb/Ht
|
1.
Memberikan patokan untuk dasar
perbandingan terhadap abnormal contoh suhu tinggi dapat mempengaruhi mental.
2.
Untuk menolong mempertahankan
orientasi dan menurunkan kebingungan
3.
Meningkatkan orientasi dan
mencegah kelelahan yang berlebihan
4.
Menolong pasien dalam menjaga dan
memberikan sentuhan yang nyata dan mempertahankan orientasi pada lingkungan
5.
Disorientasi akan meningkatkan
resiko tombulnya bahaya teruma malam hari
6.
Seperti adanya ketidakseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa harus ditanggulangi, gangguan proses pikir harus
diperbaiki
|
0 komentar:
Posting Komentar