I.
KONSEP DASAR MEDIS
A.
PENGERTIAN DBD
Demam
dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DD) adalah penyakit yang terutama terdapat
pada anak dan remaja dan orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam,
nyeri otot dan/ataunyeri sendi yang disertaileukopenia , dengan/tanpa ruam, dan
limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan
bola mata, gangguan rasa mengecap,trombositopenia ringan, dan petekie spontan.
Demam berdarah dengue ( atau Dengue
Haemorrhagic Fever ,selanjutnya disingkat DBD) ialah penyakit yang terdapat
pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (dengue
shock syndrome) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.
B.
ETIOLOGI
Gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus yang membawa virus dengue (sejenis arbovirus).
C.
PATOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen.
Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit
dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya
hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara
akut.
Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolik dan kematian.
D.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinik amat bervariasi dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan, serta
kecendurungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue
antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba,
disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang
muntah, dam batuk ringan.
Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di
bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat
ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakmirasi,dan fotofobia. otot otot
sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat
jelas dimuka dan dada, berlangsung beberapa jam lalu akan muncul kembali pada
hari ke- 3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh.
Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas
bekasnya kadang terasa gatal. Pada pasien dapat ditemukan kurva suhu yang
bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan.
Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari
ke4 atau ke5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan.
Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD
dapat di temukan gejala perdarahan pada hari ke3 atau ke5 berupa petekie,
purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis, hati umumnya membesar
dan terdapat nyeri takan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada
pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan
dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari
tangan dan kaki, sertai dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya
terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke3 dan hari ke7
penyakit.
Kriteria
klinis DD, adalah:
a.
Suhu badan yang
tiba-tiba meninggi
b.
Demam yang
berlangsung hanya beberapa hari
c.
Kurva demam yang
menyerupai pelana kuda
d.
Nyeri tekan
terutama di otot-otot dan persendian
e.
Adanya ruam-ruam
pada kulit
f.
Leukopenia.
Kriteria
klinis DBD menurut WHO 1986, adalah:
a.
Demam akut, yang
tetap tinggi selama 2-7hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala
yang tidak spesifik, seperti anoreksia, malaiuse, nyeri pada punggung, tulang,
persendian, dan kepala
b.
Manifestasi
perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena
c.
Pembesaran hati
dan nyeri tekan tanpa ikterus
d.
Dengan/tanpa
renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis
yang buruk
e.
Kenaikan nilai
Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.
Derajat
beratnya DBD secara klinis dibagai Sbb:
a.
Derajat I
(ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain
dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif
b.
Derajat II
(sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain
c.
Derajat III,
ditemukan tanda-tanda dini renjatan
d.
Derajat IV,
terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur. Diagnosis klinis
disokong dengan pemerikasaan serologi
E.
KOMPLIKASI
Adapun
komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan
luas.
b. Shock atau
renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan
kesadaran.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Darah. Pada DD
terdapat leucopenia pada hari ke2 atau hari ke3. Pada DD dijumpai
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa
perdarahan biasanya menunjang, dapat ditemukan penurunan factor II,V,VII,IX.
Dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
SGOT, serum glutamik piruvat transminase (SGPT), ureum, dan Ph darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
b.
Air seni.
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
c.
Sumsum tulang
pada awal sakit biasanya hiposelular pada hari ke5 dengan gangguan maturasi dan
pada hari ke10 sudah kembali normal untuk semua system.
d.
Uji serologi
Ø Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum yang
diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji
netralisasi (NT), dan iji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibody
antidengue sebanyak minimal empat kali.
Ø Uji serolohi memiliki serum tungga, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibody
antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur
hanya antibodi antidengue dari kelas
IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer antibodi
antidengue.
e.
Isolasi virus,
yang diperiksa adalah darah psien dan jaringan.
G.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah :
a.
Tirah baring
b.
Makanan lunak
dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam(susu, air
dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam
c.
Medikamentosa
yang bersifat simtomatis. Untuk hiperperiksia dapat diberi kompres, antiperitik
golongan asetaminofen, eukini, atau dipron dan jangan diberikan asetasol karena
bahaya perdarahan
d.
Antibiotik bila
terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Bila pasien tanda renjatan dilakukan :
a.
Pemasangan infus
dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi
b.
Observasi
keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht
tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya 24 jam.
Pada
pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl,
ringer laktat yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi.
Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma ekspander atau dekstran atau
preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg berat badan dan dipertahankan selama
12-48 jam setalah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan
kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.
II.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian
a.
Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
b.
Keluhan
Utama Pasien
mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
c.
Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan
adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan,
lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun
d.
Riwayat
penyakit terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik.
e.
Riwayat
penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain
sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan
melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
f.
Riwayat
Kesehatan Lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih
seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti
airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
g.
Riwayat
Tumbuh Kembang
h.
Pengkajian Per Sistem
Ø Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan
melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris,
perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
Ø Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Ø Sistem Cardiovaskuler
Pada grade I dapat terjadi
hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat
terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar
mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.
Ø Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering,
kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran
hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.
Ø Sistem perkemihan
Produksi urine
menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.
Ø Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan
suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
B.
INTERVENSI KEPERAWATAN
a.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria :
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria :
Ø Suhu tubuh antara 36 –
37
Ø Nyeri otot hilang
Intervensi :
Ø Kaji suhu tubuh pasien
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh,
memudahkan intervensi
Ø Beri kompres air hangat
Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas
secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi atau menggigil.
Ø Berikan/anjurkan pasien
untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat evaporasi.
Ø Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang
tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
Ø Observasi intake dan
output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai
indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
Ø Kolaborasi : pemberian
cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.
b.
Resiko
defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi defisit voume cairan
Kriteria :
Ø Input dan output
seimbang
Ø Vital sign dalam batas
normal
Ø tidak ada tanda presyok
Ø Akral hangat
Ø Capilarry refill < 2
detik
Intervensi :
Ø Awasi vital sign tiap 3
jam/sesuai indikasi
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi
cairan intravaskuler
Ø Observasi capillary
Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
Ø Observasi intake dan
output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
Ø Anjurkan untuk minum
1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral
Ø Kolaborasi : Pemberian
cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh,
untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
c.
Resiko
Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya
cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria :
Ø Tanda Vital dalam batas
normal
Intervensi :
Ø Monitor keadaan umum
pasien
Rasional : Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui
tanda-tanda presyok /syok.
Ø Observasi vital sign
setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital
sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.
Ø Jelaskan pada pasien
dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
dapat segera diberikan.
Ø Kolaborasi : Pemberian
cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk
mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Ø Kolaborasi : pemeriksaan
( HB, PCV, trombosit)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
d.
Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria :
Ø Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
Ø Menunjukkan berat badan
yang seimbang.
Intervensi :
Ø Kaji riwayat nutrisi,
termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
Ø Observasi dan catat
masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
Ø Timbang BB tiap hari
(bila memungkinkan)
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
Ø Berikan makanan sedikit
namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
Ø Berikan dan Bantu oral
hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan
peroral
Ø Hindari makanan yang
merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.
e.
Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan
penurunan factor
faktor pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria :
Ø TD 100/60 mmHg, N:
80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Ø Tidak ada tanda
perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.
Intervensi :
Intervensi :
Ø Monitor tanda-tanda
penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Ø Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
Ø Berikan penjelasan
kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti :
hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat
membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
Ø Antisipasi adanya
perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih
lanjut.
Ø Kolaborasi, monitor
trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap
hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.
f.
Kecemasan
orangtua berhubungan dengan kondisi anak.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria :
Ø klien melaporkan tidak
ada manifestasi kecemasan secara fisik.
Ø tidak ada manifestasi
perilaku akibat kecemasan.
Intervensi :
Ø Kaji dan dokumentasikan
tingkat kecemasan pasien.
Rasional : memudahkan intervensi.
Rasional : memudahkan intervensi.
Ø Kaji mekanisme koping
yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
Ø Lakukan pendekatan dan
berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien
untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
Ø Motivasi pasien untuk
memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif
terhadap terapy yang di jalani.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
Rasional : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
Ø Berikan penguatan yang
positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.
Ø Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
Rasional : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
Ø Sediakan informasi
factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut diagnosis,
perawatan dan prognosis.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
Rasional : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
Ø Kolaborasi pemberian
obat anti ansietas.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
g.
Kurang
pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan perawatan
anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat
informasi.
Tujuan : orang tua mengutarakan pemahaman tentang
kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Kriteria :
Ø melakukan prosedur yang
diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
Ø memulai perubahan gaya
hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi :
Ø Kaji tingkat
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Ø Berikan penjelasan pada
klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya
sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
Ø Anjurkan klien dan
keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu
proses penyembuhan.
Ø Anjurkan keluarga untuk
memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota keluarga yang sakit.
Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan klien.
Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan)
dan kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks
klien sakit.
Ø Minta klien/keluarga
mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien
dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar