A. PENGERTIAN
Infeksi saluran
kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine kandung kemih, yang umumnya
steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan istilah infeksi saluran
urin. Termasuk pula berbagai infeksi disaluran kemih yang tidak hanya mengenai
kandung kemih ( prostatitis. uretritis)
Dikatakan bakteriuria positif pada
pasien asimtomatis bila terdapat lebih dari 100.000 unit koloni bakteri dalam
sampel urin porsi tengah (midstream), sedangkan pada pasien simtomatis bisa
terdapat jumlah koloni yang lebih rendah.
Klasifikasi/ jenis infeksi saluran
kemih/tempat yang sering mengalami infeksi antara lain :
a.
Kandung
kemih (sisitis)
b.
Uretra
(uretritis)
c.
Prostat
(prostatis)
d.
Ginjal
(pielonefritis)
B. ANATOMI
FISIOLOGI
Sistem
urinari terdiri atas :
1.
Ginjal,
yang mengeluarkan sekret urine
2.
Ureter,
yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing
3.
Kandung
kencing, yang bekerja sebagai penampung
4.
Uretra,
yang mengeluarkan urine dari kandung kencing
Anatomi
Sistem Urinarus
Ginjal merupakan
organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125 g,
terletak pada posisi disebelah lateral vertebra torakalis bawah, beberapa
sentimeter disebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ terbungkus oleh
jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis. Disebelah anterior,
ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum.
Disebelah posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah
dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam
ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari oarta abdominalis dan
vena renalis membawa darah kembali kedalam vena kava inferior. Ginjal dengan
efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darag, dan fungsi ini bisa
dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat besar,
25% dari curah jantung.
Urin terbentuk dalam unit-unit
fungsional ginjal yang disebut nefron. Urin yang terbentuk dalam nefron ini
akan mengalir kedalam duktus pengumpal dan tubulus renal yang kemudian menyatu
untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis akan membentuk ureter. Ureter
merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri dari otot
polos. Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih dan berfungsi
sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
Kandung kemih
merupakan organ berongga yang terletak disebelah anterior tepat dibelakang os
pubis. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin.
Sebagian besar kandung kemih tersusun dari otot polos yang dinamakan muskulus
detrusor. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung
kemih pada saat buang air kecil (urinasi). Uretra muncul dari kandung kemih ,
pada laki-laki uretra berjalan lewat penis dan pada wanita bermuara tepat
disebelah anterior vagina. Pada laki-laki, kelenjar prostat yang terlatak tepat
di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di sebelah posterior dan
lateral. Sfingter urinarus eksterna merupakan otot volunter yang bulat untuk
mengendalikan proses awal urinasi.
Tinjauan
Fisiologi
Ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra membentuk sistem urinarus. Fungsi utama ginjal adalah
:
a.
mengatur
cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh
b.
mengeluarkan
produk akhir metabolik dari dalam darah
c.
dan
mengatur tekanan darah
Urine yang terbentuk sebagai hasil dari
proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat
urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih
berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra
Meskipun cairan
serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada organ lain yang turut
serta dalam mengatur keseimbangan asam-basa, namun organ yang mengatur
lingkungan kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi
ginjal diperlukan untuk mempertahankan kehidupan, namun demikian, berbeda
dengan sistem kardiovaskuler dan respiritorius, gangguan total fungsi ginjal
tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat.
Ciri penting
sistem renal terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi terhadap beban muatan
cairan yang sangat bervariasi, sesuai kebiasaan dan pola hidup individu. Ginjal
harus mampu untuk mengekskresikan berbagai produk limbah makanan dan
metabolisme dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ
lain. Jika diukur setiap hari, jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1
hingga 2 liter air, 6 hingga 8 gram (natrium klorida), 6 hingga 8 g kalium
klorida dan 70 mg ekuivalen asam perhari. Disamping itu, ureum yang merupakan
produk akhir m,etabolisme protein dan berbagai produk limbah lainnya
diekskresikan kedalam urin. Jumlah substansi yang diterima ginjal mungkin
berbeda jika pasien mendapatkan infus cairan intravena, nutrisi parentral total
atau nutrisi enteral lewat selang nasogastrik.
Sekresi urine dan mekanisme fungsi ginjal. Glomerulus adalah saringan setiap menit
kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ccm plasma mengalir melalui semua
glomeruli dan sekitar 100 ccm (10%) disaring keluar. Plasma yang berisi semua
garam, glukosa, dan bendsa halus lainnnya di saring. Sel dan protein plasma
terlalu besar untuk dapat menembusi pori saringan dan tetap tinggal dalam
aliran darah.
Cairan yang
disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui tuba renalis dan
sel-seknya menyerap semua bahan yang diperlukan dan meninggalkan yang tidak
diperlukan. Dengan mengubah-ubah jumlah yang diserap atau ditinggalkan dalam
tubula, sel dapat mengatur susunan urine di satu sisi dan susunan darah di sisi
sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa diabsorpsi kembali; air sebagian
besar diabsorpsi kembali, kebanyakan produk buangan di keluarkan. Dalam keadaan
tertentu tubula menambah bahan pada urine. Demikian maka sekresi terdiri atas
tiga faktor :
a.
filtrasi
glomerulus
b.
reabsorpsi
tubula
c.
sekresi
tubula
kalau
kita bandingkan jumlah yang disaring di glomerulus setiap hari dengan jumlah
yang biasanya di keluarkan kedalam urine, kita dapat melihat besar
dayamselektif sel tubula :
disaring
|
Dikeluarkan
|
|
Air
|
150
liter
|
1,5
liter
|
Garam
|
700
gram
|
15
gram
|
Glukosa
|
170
gram
|
0
gram
|
urae
|
50
gram
|
30
gram
|
C. ETIOLOGI
Biasanya bakteri
enterik, terutama escherichia coli pada wanita. Gejala bervariasi tergantung
dari jenis variasi bakteri tersebut. Pada pria dan pasien di rumah sakit,
30-40% disebabkan proteus, stafilokok, dan bahkan pseudomonas. Bila ditemukan,
kemungkinan besar terdapat kelainan saluran kemih. Namun harus diperhitungkan
kemungkinan kontaminasi jika lebih dari satu organisme.
D. PATOFISIOLOGI
Sterilitas
kandung kemih di pertahankan melalui beberapa mekanisme barier fisik uretra,
aliran urin, kompetensi sambungan uretrovesikal, berbagai enzim antibakteri dan
antibodi, dan efek anti lekat yang diperantarai oleh sel-sel mukosa kandung
kemih. Normalnya kandung kemih mampu membersihkan dirinya dari sejumlah besar
bakteri dalam dua hari sejak masuknya bakteri ini kedalam kandung kemih. Agar
infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih, melekat pada dan
mengkolonisasi epitelium traktus urinarius menghindari untuk menghindari
pembilasan dari berkemih, mekanisme pertahanan pejamu dan cetusan inflamasi.
Infeksi traktus urinarius terutama berasal dari organisme pada feses yang naik
dari perineum ke uretra dan kandung kemih, serta menempel pada permukaan
mukosa.
Suatu
faktor anti lekat, yaitu glikosaminoglikan (GAG), secara normal berlaku sebagai
efek pelindung nonspesifik melawan berbagai bakteri. Molekul GAG menarik
molekul air, membentuk barier air yang berlaku sebagai lapisan pertahanan
diantara kandung kemih dan urin. GAG dapat dirusak oleh agens tertentu
(siklamt, sakrin, asparmat, dan metabolit triptopan). Penelitian dilakukan untuk
mengidentifikasi agens yang dapat meningkatkan aktivitas anti-lekat.
Inflamasi,
abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap, gangguan
status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan immunosupresi meningkatkan
resiko UTI dengan cara menganggu mekanisme normal.
Refluks
uretrovesikal mengacu pada refluks (aliran balik) urin dari uretra kedalam
kandung kemih. Batuk, bersin atau mengejan akan menimbulkan tekanan pada
kandung kemih yang akan mendorong urin dari kandung kemih ke uretra. Ketika
tekanan kembali normal, urin akan mengalir balik ke dalam kandung kemih, dengan
membawa bakteri dari anterior uretra. Refluks uretrovesikal juga disebabkan
oleh disfungsi leher kandung kemih atau urretra. Sudut uretrovesikal dan
tekanan penutup uretra dapat terganggu pada kondisi seperti menopouse, dan
peningkatan insidens infeksi pada wanita pascamenopausal.
Uretrovesikal
dan refluks uretrovesikal mengacu pada aliran balik dari kandung kemih ke dalam
kedua ureter. Normalnya sambungan uretrovesikal mencegah aliran balik urin
kedalam kateter. Ureter menembus ke dalam dinding kandung kemih sehingga
sebagian kecil ureter ditekan oleh muskulatur kandung kemih selama berkemih
normal. Selama berkemih normal. Ketika katup uretrovesikal rusak akibat kelainan
kongenital atau abnirmalitas uretral, bakteri dapat masuk dan akhirnya
menghancurkan ginjal. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri,
akibat ploriferasi suatu mikro organisme. sebagian besar infeksi saluran kemih
di sebabkan Oleh bakteri,tetapi jamur & virus jg dapat jadi penyebabnya.
Infeksi bakteri tersering adalah yang di sebabkan oleh Escherichia coli, suatu
organisme yang sering di temukan di daerah anus.
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada
wanita. salah satu penyebabnya adalah uretra wanita Yang lebih pendek sehingga
bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandungan kemih. Faktor lain
yang berperan meningkatkan infeksi saluran kemih pada wanita adalah kecenderungan
untuk menahan urin, serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikro-organisme yang menempel di
lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandungan kemih.wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot
polos yang di pengaruhi olehn progesteron, termasuk kandungan kemih dan ureter,
sehingga mereka cenderung menahan urin di bagian- bagian tersebut. uterus pada
kelamin juga dapat menghambat aliran urin pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor
protektif yang melawan
infeksi saluran kemih
pada wanita Adalah pembentukan
Selaput mukus yang
dependen estrogen di
kandung Kemih mukus ini
memiliki fungsi sebagai
antimikroba pada menopaus Kadar estrogen
turun dan perlindungan ini
lenyap pada kedua
jenis Kelamin proteksi terhadap
infeksi saluran kemih
terbentuk oleh sifat Alami
urin yang asam
dan berfungsi sebagai
bahan antibakteri.
E. MANIFESTASI
KLINIS
Dapat
asimtomatis, terutama pada wanita. Biasanya dengan riwayat ISK simtomatis atau
dikemudian hari. Terapi singkat biasanya menyebabkan timbulnya ISK simtomatis,
akibat reinfeksi organisme yang lebih virulen.
Disuria, ferekuensi miksi yang
bertambah, dan nyeri suprapubik adalah gejala iritasi kandung kemih. Beberapa
pasien mengeluh bau yang tidak menyenangkan atau keruh dan mungkin hematuria.
Bila mengenai saluran kemih atas, mungkin terdapat gejala-gejala pielonefritis
akut seperti demam, mual dan nyeri pada ginjal. Namun pasien dengan infeksi
ginjal, mungkin hanya menunjukkan gejala saluran kemih bawah atau tidak
bergejala.
Tanda dan gejala UTI :
a.
Bagian
bawah (sisitis), mencakup nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih,
kadang-kadang disertai spasme pada area kandung kemih dan suprapubis. Hematuria
dan nyeri punggung juga dapat terjadi.
b.
Bagian atas (pielonefritis), mencakup demam,
menggigil, nyeri panggul dan nyeri ketika berkemih. Pemeriksaan fisik
menunjukkan adanya nyeri tekan di area sudur kostavertebral (CVA).
Jika
kerusakan ginjal yang luas terjadi, manifestasi gagal ginjal dapat muncul dan
mencakup mual, muntah, pruritus, kehilangan berat badan, udema, kelemahan dan
napas yang pendek.
F. KOMPLIKASI
a. Pielonefritis akut
b. septikemia
c.
kerusakan
ginjal
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
a.
Hitung koloni. Infeksi traktur urinarius didiagnosis oleh adanya
bakteri dalam urin. Hiting kolonio sekitar 100.000 koloni per mililiter urin
dari urin-tampung aliran tengah atau dari
spesimen dalam kateter dianggap sebagai kriteria utama adanya infeksi.
Namun demikian, UTI dan sepsis berikutnya terjadi hanya dengan hitung koloni
bakteri yang rendah. Hampir sepertiga wanita yang menunjukkan gejala infeksi
akut akan menunjukkan kultur urin aliran tengah yang negatif dan dapat
terabaikan jika 100.000 CFU (colony forming units)/ml tetap digunakan sebagai
kriteria infeksi. Adanya setiap bakteri dalam spesimen yang di kumpulkan melalui aspirasi jarum
suprapubis ke dalam urin kandung kemih atau melalui kateter dianggap indikatif
terhadap aadanya infeksi.
b.
Temuan di tingkat sel. Hematuria mikroskopik terdapat pada
hampir 50% pasien yang mengalami infeksi akut. Sel darah putih juga terdeteksi
pada infeksi traktus urinarius; sejumlah besar sel ini berhubungan dengan UTI bagian atas dari pada bagian bawah
c.
Kultur urin. Kultur urin dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya organisme spesifik. Namun demikian, akibat tingginya kemungkinan bahwa
organisme pada wanita muda yang jarang menderita UTI atau mengalami UTI untuk pertama kalinya adalah Eschericia coli,
kultur sering diabaikan. Telah dianggap bahwa kelompokbpasien berikut ini harus
dilakukan kultur urin jika terdapat bakteriuria
1.
semua
pria (karena kemungkinan adanya abnormalias struktur dan fungsi
2.
semua
anak-anak
3.
wanita
dengan riwayat gangguan fungsi imun atau masalah renal
4.
pasien
DM
5.
pasien
yang baru saja menjalani pemasangan alat (termasuk katerisasi) ke dalam traktur
urinarius
6.
pasien
yang baru saja di rawat di RS
7.
pasien
dengan gejala yang menetap dan lama
8.
pasien
yang memiliki riwayat UTI sebanyak 3x atau lebih
9.
wanita
hamil
d.
metode tes. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase
lekosit) dan nitrit ( tes griess untuk pengurangan nitrat) adalah tindakan yang
umum di lakukan, terutama untuk pasien yang rawat jalan. Jiks tes esterase
lekosit positif, maka pasien mengalami piuria (WBC dalam urin) dan harus segera
dapat penanganan. Dianggap positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat
urin normal menjadi nitrit
e.
tes penyakit menular seksual (PMS). Uretritis akut akibat organisme yang
menular secara seksual. (misal klamida trakomatis, neisseria gonorrhoeae dan
herpes simpleks) atau infeksi vaginitis akut (disebabkan oleh trikomonas atau
kandida) menyebabkan gejala yang hampir sama denagn UTI. Ileh karena itu
evaluasi terhadap adanya PMS juga perlu dilakukan.
f.
Tes-tes tambahan. Individu yang berisiko tinggi mengalami
komplikasi atau infeksi kambuhan. Tindakan diagnostik seperti urogram intravena (IVU) atau pielografi
(IVP), sistografi, dan ultrasonografi dapat dilakukan untuk menentukan apakah
infeksi adalah akibat dari abnormalitas traktur urinarius, adanya batu, massa
renal atau abses, hidronefrosis, atau hiperplasia ptostat (hipertropi). Urogram
IV atau evaluasi ultrasonik, sistokopi, dan prosedur urodinamik dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten terhadap
terapi.
H. PENATALAKSANAAN
Pasien
dianjurkan untuk banyak minum agar diuresis meningkat, diberikan obat yang
menyebabkan suasana urin alkali jika terdapat disuria berat, dan diberikan
antibiotikyang sesuai. Biasanya ditujukan untuk bakteri gram negatif dan obat
tersebut harus tinggi konsentrasinya dalam urin.
Walaupun wanita
bakteriuria asimtomatik atau gejala infeksi saluran kemih bawah cukup diobati
dengan dosis tunggal atau selama 5 hari. Kemudian dilakukan pemeriksaan urin
porsi tengah seminggu kemudian. Jika masih positif, harus dilakukan
pemerikasaan lebih lanjut
obat
|
Dosis
|
|
Terapi dosis
tunggal
Oral
Intramuskular
|
Amoksisilin
Trimetropim
sulfametoksasol
Safeleksin
Kanimisin
|
3 g
320 mg/1600 mg
(4 tablet)
3 g
0,5 g
|
Terapi
konvensional (5 hari)
Pilihan
pertama
Pilihan kedua
|
Amoksisilin
Trimetoprim
sulfametoksasol
Trimetoprim
Nitrofurantoin
Norfloksasin
Sefeleksin
Gentamisin
Kanamisin
|
250 mg
160/800 mg (2
hr)
300mg/hari
100
mg(4x/hari)
1g (4x/hari)
1 g/8
jam/im/iv
0,8mg/kg/8
jam/im
5
mg/kg/8jam/im
|
Profilaksis
(malam atau pascasenggama)
|
Nitrofurantoin
Trimetropim
Trimetropim
sulfametoksasol
|
50-100 mg
150-300 mg
40 mg/200 mg
|
Tabel antibiotik yang digunakan dalam
pelaksanaan ISK
Pada anak-anak pria, kemungkinan terdapat kelainan saluran
kemih lebih besar,. Sehingga sebaiknya diberikan terapi antibiotik selama 5
hari, bukan dosis tunggal, dan diadakan pemeriksaan lebih lanjut
Pasien dengan pelonefritis akut harus di rawat di RS
dan diberikan terapi antibiotik parentral serta pemeriksaan lanjut,. Bila
gejala tidak berkurang, dilakukan USG ginjal untuk mengetahui apakah terdapat obstruksi.
Terdapat dua jenis ISK rejurens. Yang paling sering
adalah kuman baru pada setiap serangan, berarti terinfeksi, biasanya pada
wanita dengan gejala sisitis akut rekurens atau pasien dengan kelainan anatomi.
Pasien diminta banyak minum agar sering berkemih dan dianjurkan untuk minum
segera setelah berhubungan intim. Pada kasus yang sulit dapat diberikan obat
profilaksis dosis rendah sebelum tidur setiap malam, misalnya: nitrofurantoin,
trimetoprim, dan sulfametoksazol, biasanya selama 3-6 bulan.
Jenis kedua adalah dimana infeksi persisten dengan
jenis kuman yang sama. Diluar kemungkinan resisten kuman, ini biasanya
merupakan tanda terdapat nidus infeksi seperti batu atau kusta. Biasanya
diperlukan antibiotik dalam jangka panjang.
Pemeriksaan lebih lanjut yang dilakukan biasanya
berupa pemeriksaan mikroskopik urin dan
kultur secarta berulang, pielografi intravena, tes fungsi ginjal, dan
ultrasonografi ginjal.
Anjurkan pasien untuk :
1.
Minum
banyak air atau cairan (8-10 gelas per hari)
2.
Mengkonsumsi
suplemen vit C secara teratur karena vitamin ini diketahui dapat menurunkan
jumlah bakteri dalam urin
3.
Hindari
konsumsi minuman beralkohol, makanan yang kaya rempah, dan kopi. Karena dapat
mengiritasi kandung kemih
4.
Jangan
menunda keinginan BAK karena tindakan ini dapat membuat urin tertahan di dalam
kandung kemih dalam waktu lebih lama sehingga mudah ditumbuhi bakteri. Wanita
yang cenderung mengalami ISK harus buang iar kecil segera sesudah berhubungan
seksual guna menyingkirkan bakteri yang mungkin memasuki saluran kemih dan
kelamin.
5.
Cuci
tangan dan alat kelamin sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual
6.
Menjaga
kebersihan tubuh dengan membilas anus dan daerah kelamin sekurang-kurangnya sekali sehari, terutama
setelah BAK dan BAB. Bagi wanita :
a.
Basuh
daerah kemaluan dari bagian depan (uretra) ke belakang (anus) untuk mencegah
terjadinya migrasi bakteri dari anus ke vagina atau uretra
b.
Sebaiknya
mandi menggunakan pancuran, dibandingkan mandi berendam di bath tub
c.
Ganti
pembalut atau tampon sesering mungkin
d.
Hindari
penggunaan pakaian/celana ketat. Lebih dianjurkan untuk menggunakan celaan
dalam dari bahan katun.
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Riwayat tanda dan gejala urinarius didapatkan dari
pasien yang mengalami infeksi traktus urinarius. Adanya nyeri, sering berkemih,
urgency dan hesitancy serta perubahan dalam urin dikaji di dokumentasikan, dan
dilaporkan. Pola berkemih pasien dikaji untuk mendeteksi faktor predisposisi
terjadinya infeksi trakturs urinarius. Pengosongan kandung kemih yang tidak
teratur, hubungan antara gejala infeksi trakturs urinarius dengan hubungan
seksual, praktik kontraseptif, dan hgiene personal perlu dikaji. Pengetahuan
pasien tentang resep medikasi antimikrobial dan tindakan pencegahan juga
dikaji. Selain itu, urine pasien di kaji dalam hal volume, warna, konsentrasi,
ke abu-abuan dan bau yang semuanya itu akan berubah dengan adanya bakteri dalam
trakturs urinarius.
DASAR
DATA PENGKAJIAN PASIEN
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : pekerjaan menonton, pekerjaan dimana pasien
terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi
sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera
medulla spinalis )
SIRKULASI
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal
ginjal)
Kulit hangat dan kemerahan; pucat
ELIMINASI
Gejala : kandung kemih penuh, rasa terbakar, dorngan
berkemih, diare
Tanda : oliguria, hematuria, piuria, perubahan pola
berkemih
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet
tinggi purin, kalsium oksilat dan/fosfat, ketidakcukupan pemasukan cairan,
tidak minum air dengan cukup
Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya
bising usus. Muntqh
NYERI/KETIDAKNYAMAN
Gejala : episode akut nyeri berat, tergantung pada
lokasi, myeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain
Tanda : melindungi; perilaku distraksi, nyeri tekan
pada area palpasi di urinologi
KEAMANAN
Gejala : penggunaan alkohol, demam, menggigil
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : riwayat kalkalus dalam keluarga, penyakit
ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit usus halus, bedah
abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotik, antihipertensi,
natrium bikarbonat, alupirinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan jalsium
atau natrium
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan
rerata lama dirawat 3, 2 hari
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan
dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus
urinarius lain.
2.
Perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy
3.
Kurang pengetahuan tentang faktor
predisposisi infeksi dan kekambuhan, deteksi dan pencegahan kekambuhan, dan
terapi farmakologi.
4.
Takut berhubungan dengan perubahan
potensial fungsi renal serta bagian tubuh dan rasa malu yang timbul sekunder
yang harus mendisfungsikan fungsi urinarus serta tindakan invasi genetalia
5.
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perubahan keluaran urin
C. INTERVENSI
Interperensi Keperawatan :
1.
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan
inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
Tujuan
: Mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan.nyeri dan
ketidak nyamanan yang berkaitan dengan infeksi
Intervensi
:
1.
Kaji
tingkat nyeri dan gangguan rasa nyaman (disuria, rasa terbakar saat urinasi,
nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen, nyeri pada pinggang, spasme
kandung kemih)
R : memberikan data dasar untuk
mengevaluasi keberhasilan intervensi dan progresivitas disfugsi
2.
Anjurkan
asupan cairan (kecuali jika terdapat kontraindikasi)
R : Meningkatkan urin yang encer dan
pembilasan traktus urinarius inferior
3.
Anjurkan
rendam duduk dalam air hangat
R : meredakan gangguan rasa nyaman
satempat dan meningkatkan relaksasi
4.
Laporkan
peningkatan rasa nyeri kepada dokter
R : Dapat menunjukkan progresivitas
disfungsi, kambuhnya disfungsi, atau tanda-tanda yang tidak diharapkan
(misalnya, perdarahan, batu ginjal)
5.
Berikan
analgesik dan antispasmodik seperti yang diresepkan untuk mengyrangi nyeri dan
spasme
R : Dapat diresepkan untuk mengurangi
nyeri dan spasme
6. Kaji
pola urinasi serta praktik hgiene dan menyampaikan istruksi tentang pola
urinasi serta praktik higyene yang di rekomendasikan
R
: pengosongan kandung kemih yang tertunda dan praktik higyene yang buruk turut
menimbulkan gangguan rasa nyaman serta nyeri yang terjadi sekunder akibat
disfungsi renal atau trakturs urinarius.
7.
Trakusurinarius dapat
dikurangi secara cepat ketika teerapi
anti mikrobial di mulai.
2.
Perubahan pola eliminasi berhubungan
dengan sering berkemih, urgensi dan hesitancy
Tujuan
: Mengurangi frekuensi (sering
berkemih ),Urgensi, dan hesitansi
Intervensi
:
1.
pasien di dorong untuk
Minum dengan bebas sejumlah cairan ( air adalah pilihan terbaik ) untuk
mendukung aliran darah Renal dan untuk membilas bakteri dari trakus urinarius.
2.
cairan yang dapat
mengiritasi kandungan kemih (mis: kopi, teh, kola, alkohol ) dihindari.
3.
sering berkemih (setiap
2-3 jam) dianjurkan untuk mengosongkan kandungan kemih, karena hal ini secara
signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam Urin, mengurangi stasis urin dan
mencegah kekembuhan infeksi.
3.
Kurang pengetahuan tentang faktor
predisposisi infeksi dan kekambuhan, deteksi dan pencegahan kekambuhan, dan
terapi farmakologi.
Tujuan
: pasien mempunyai pengetahuan serta pemahaman mengenai prosedur seta tes
diagnostik dan memiliki perilaku seperti yang diharapkan
Intervensi
:
1.
Kaji
tingkat pemahaman pasien yang paling akhir mengenai tes diagnosa dan prosedur
yang akan dilaksanakan
R : Memberikan dasar bagi penjelasan
serta pendidikan selanjutnya dan memberikan indikasi mengenai presepsi pasien
terhadap prosedur pemeriksaan
2.
Berikan
penjelasan yang faktual tentang tes diagnostik dengan bahasa dan istilah yang
dipahami pasien
R : pemahaman terhadap apa yang
diharapkan akan meningkatkan kepatuhan dan kerjasama pasien
3.
Kaji
pemahaman pasien terhadap hasil-hasil tes setelah diagnostik dilakukan
R : Kekhawatiran dapat menganggu
kemampuan pasien untuk memahami informasi dan hasil-hasil tes yang disampaikan
dokter dan petugas kesehatan lainnya
4.
Kuatkan
kembali informasi yang disampaikan kepada pasien mengenai hasil-hasil tes dan
implikasi bagi perawatan tindak lanjut.
R : memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menjelaskan masalahnya dan mengantisipasi perawatan tindak lanjut.
5. wanita
yang mengalami kekembuhan infeksi traklus urinarius harus menerima rincian
instruksi pada poin-poin berikut :
1. mengurangi konsentrasi patogen pada orifisium vagina
melalui tindakan higiene.
a.
sering mandi pancuran
dari pada mandi rendam, karena bakteri
dalam air bak dapat masuk ke uretra.
b.
bersihkan sekeliling
perineum dan meatus uretra setiap setelah defekasi (dengan gaerakan dari
depan ke belakang).
2. minum
dengan bebas sejumlah cairan dalam sehari untuk membilas keluar bakteri,
hindari kopi, teh , kola, dan alkohol.
3. berkemih
setiap 2-3 jam dalam sehari dan kosongkan kandungan kemih dengan sempurna.hal
ini mencegah distansi kandungan kemih
yang berlebihan dan ganguan terhadap suplai darah ke dinding kandungan kenih yang merupakan predisposisi UTI
4. jika
bakteri tetap muncul dalam urin, terapi
antimikrobial jangka- panjang di perlukan untuk mencegah kolonisasi area
periuretral dan kekembuhan infeksi. Medikasi harus di minum setelah pengosongan
kandungan kemih segera sebelum pergi tidur untuk memastikan keadekutan
konsentrasi medikasi selama periode
malam hari.
5. jika
diresepkan, pantau dan lakukan tes urin dip-slide (Microstix) terhadap adanya
bakteri Seperti berikut :
a.
cuci sekeliling meatus
uretra beberapa kali,menggunakan waslap yang berbeda.
b.
kumpulkan spsesimen
urin aliran tengah.
c.
angkat slide dari
kontainer, celupkan kedalam sampel urin , Dan kembalikan lagi kedalam
kontainer.
d.
simpan slide pada suhu
ruang sesuai dengan petunjuk produk
e.
baca hasilnya dengan
membandingkan slide dengan grafik densiatas koloni yang menyertai produk
tersebut.
f.
awali terapi
sesuai resep dan selesaikan medikasi
g.
beritahu tenaga kesehatan jika terjadi demam
atau jika tanda-tanda menetap
6.
konsul ke tenaga kesehatan secara teratur untuk tindak lanjut,
kekambuhan gejala,atau infeksi nonresponsif terhadap penanganan.
4.
Takut berhubungan dengan perubahan
potensial fungsi renal serta bagian tubuh dan rasa malu yang timbul sekunder
yang harus mendisfungsikan fungsi urinarus serta tindakan invasi genetalia
Tujuan
: pengurangan rasa takut
Intervensi
:
1.
Kaji
tingkat rasa takut dan kekhawatiran pasien
R : tingkat rasa takut dan kekhwatiran
yang tinggi dapat menganggu prsesw belajar serta kerjasama klien
2.
Jelaskan
semua prosedur dan tes diagnostik kepada pasien
R : pengetahuan mengenai apa yang
diharapkan dapat membantu mengurangi perasaan takut dan kekhwatiran
3.
Menyediakan
privasi dan menghormati sopan santun dengan menutup pintu dan menjaga agar
tubuh pasien tertutup dan berpakaian
R : mengkomunikasikan bahwa anda
menyadari dan mengakui kebutuhan pasien akan privasi takut dan kekhawatiran
4.
Gunakan
istilah yang benar dan sikap yang baik ketika menanyakan kepada pasien mengenai
tnfeksi saluran kemih
R : menyampaikan kesan bahwa perawat
tidak merasa malu untuk membicarakannya bersama pasien mengenai disfungsi
urinarius dan keluhan pasien
5.
Kaji
kekuatan pasien terhadap berbagai perubahan yang di rasakan berhubungan dengan
diagnostik dan prsedur pemeriksaan lainnya
R : dapat mengungkapkan rasa takut yang
belum terungkapkan dan kesalahan presepsi yang dapat diatasi dengan pengertian
yang benar
6.
Instruksikan
kepada pasien untuk melakukan teknik relaksasi
R : dapat meningkatkan relaksasi dan
membantu pasien dalam menghadapi ketidakpastian mengenai hasil akhir
5.
Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan perubahan keluaran urin
Tujuan : mempertahankan keseimbangan
cairan yang normal
Intervensi :
1.
Timbang
berat badan pasien setiap hari
R : penimbangan berat setiap hari
merupakan indikator yang sensitif untuk menunjukkan kehilangan atau penambahan
cairan
2.
Ukur
asupan cairan dan keluaran cairan yang akurat
R : mendeteksi retensi urin akibat curah
akibat curah jantung dan keluaran ginjal yang buruk
3.
Berikan
semua terapi parentral dengan pmpa infus
R : memastikan agar cairan infus tidak
kelebihan atau kekurangan tanpa disengaja
4.
Pantau
jumlah dan karakteristik urin
R : membantu mendeteksi secara dini
5.
Lakukan
aukskultasi jantung dan paru setiap pergantian shift
R : apabila volume cairan meningkat
akibat curah jantung atau keluaran renal yang buruk, cairan akan bertumpuk di
dalam paru. Auskultasi sering dilakukan akan menjamin deteksi dini
0 komentar:
Posting Komentar